Pencarian

Minggu, 22 Desember 2024

Hukum Fisika sebagai Cara untuk Menangkal Santet


Santet, teluh, sihir atau apapun namanya adalah energi negatif yang mampu merusak kehidupan seseorang berupa terkena penyakit, kehancuran rumah tangga hingga sampai dengan kematian. Berbagai penyelidikan pun telah banyak dilakukan ilmuwan terhadap fenomena santet dan sejenisnya. Tentu metode penelitian para ilmuwan agak berbeda dengan agamawan. Jika para agamawan memakai rujukan dalil-dalil kitab suci (ayat kitabiyah), maka para ilmuwan menggunakan ayat kauniyah (alam semesta) untuk menyelidiki santet ini. Penyelidikan menggunakan ayat kauniyah tentunya harus memiliki metode yang sifatnya ilmiah, mulai dari mencari kasus-kasus santet, tipe-tipe santet, gejala, akibat dan sebagainya. Lalu kemudian dilakukan berbagai eksperimen untuk penyembuhannya. Salah satu kesimpulan/ pendapat yang mengemuka adalah santet itu sebenarnya adalah energi. Kenapa dalam kasus santet bisa masuk paku, kalajengking, penggorengan dan lain sebagainnya, bisa dijelaskan melalui proses materialisasi energi. Santet dan mahluk halus itu ternyata energi yang bermuatan negatif (-). Bumipun ternyata memiliki muatan negatif (-). Dalam hukum Coulomb dikatakan bahwa muatan yang senama akan saling tolak menolak dan muatan yang tidak senama akan tarik menarik. Rumusnya :

Dimana:


F = gaya tarik menarik\
k = konstanta
Q1, Q2 = muatan
R = jarak

Nah, karena demit alias mahluk halus dan bumi itu sama-sama bermuatan negatif (-) makannya para demit itu tidaklah menyentuh bumi. Orang tua zaman dulu juga sering mengingatkan jika bicara dengan orang yang tidak dikenal pada malam hari maka lihatlah apakah kakinya menapak ke bumi atau tidak. Jika tidak maka ia berarti golongan mahluk halus.
Begitu juga dengan santet yang ternyata bermuatan negatif (-), oleh karena itu secara fisika bisa ditanggulangi atau ditangkal dengan hukum Coulomb ini. Saya tidak membahas metode melawan santet dengan zikir karena sudah banyak dibahas tapi saya menawarkan alternatif lainnya yang bisa bersifat “standalone” (untuk non muslim) maupun digabungkan dengan zikir (untuk muslim).
Beberapa Metodenya :

Cara 1
Tidurlah di lantai yang langsung menyentuh bumi. Boleh gunakan alas tidur asal tidak lebih dari 15 cm. Dengan tidur dilantai maka santet kesulitan masuk karena terhalang muatan negatif (-) dari bumi.

Cara 2
Membuat alat elektronik yang mampu memancarkan gelombang bermuatan negatif (-). Mahluk halus, jin, santet dan sejenisnya akan menjauh jika terkena getaran alat ini. Tapi Kelemahan alat ini tidak mampu mendeteksi mahluk baik dan jahat. Jadi, alat ini akan “menghajar” mahluk apa saja. Jika ada jin baik dan jin jahat maka keduanya akan “diusir” juga.

Cara 3
Melakukan gerakan senam khusus dimana tapak kaki harus menyentuh bumi. Gerakan senam ini hanya punya satu gerakan inti saja jadi mudah sekali dilakukan oleh anak-anak hingga orang tua. Selain untuk penyembuhan berbagai penyakit medis yang sulit disembuhkan, senam ini cukup banyak menyelesaikan kasus santet juga. Ini murni senam, tanpa mantra atau pernafasan khusus.

Cara 4
Menanam pohon atau tanaman yang memiliki muatan negatif (-). Bagi yang peka spiritual, aura tanaman ini adalah terasa “dingin”. Pohon yang memiliki muatan negatif (-) diantaranya yaitu dadap, pacar air, kelor, bambu kuning dll. Tanaman sejenis ini paling tidak disukai mahluk halus. Biasanya tanaman bermuatan negatif (-) ini tidaklah mencengkram terlalu kuat di tanah (bumi) dibandingkan dengan tanaman bermuatan positif (+). Lain halnya dengan pohon yang memiliki muatan positif (+) seperti pohon asem, beringin, belimbing, kemuning, alas randu dll. Pohon-pohon sejenis ini tentu akan menarik mahluk halus dan seringkali dijadikan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan ada gaya tarik menarik antara pohon bermuatan positif (+) dan mahluk halus yang bermuatan negatif (-) sesuai dengan hukum Coulomb.

Penangkal Petir




Proses Terjadinya Petir
Untuk memahami cara kerja penangkal petir, maka sebaiknya kita mengetahui bagaimana proses terjadinya petir terlebih dahulu. Petir terbentuk karena adanya perbedaan potensial antara awan yang satu dengan awan yang lainnya atau antara awan dengan permukaan bumi. Awan dapat memiliki potensial muatan karena awan selalu bergerak terus menerus secara teratur. Selama pergerakannya ini awan akan berinteraksi dengan awan lainnya. Sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi awan (atas atau bawah), sedangkan muatan positif akan berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dengan bumi cukup besar, maka akan terjadi perpindahan muatan listrik negatif (elektron) dari awan yang kelebihan muatan menuju bumi untuk mencapai kesetimbangan.

Apa Itu Penangkal Petir?
Penangkal petir merupakan suatu perangkat yang terdiri dari serangkaian jalur yang diperuntukkan sebagai jalan untuk petir mengalir menuju ke permukaan bumi, sehingga petir tidak merusak bangunan dimana penangkal petir dipasang. Penangkal petir terdiri dari 3 bagian utama yaitu batang penangkal petir, kabel konduktor dan tempat pembumian (grounding).
Batang penangkal petir dipasang pada bagian puncak suatu bangunan yang ingin dilindungi dari petir. Batang penangkal petir biasanya terbuat dari tembaga dan memiliki ujung yang runcing. Ujung yang runcing dipilih untuk memudahkan muatan listrik berkumpul, karena muatan listrik memiliki karakter mudah terkumpul dan terlepas pada ujung suatu logam yang runcing. Jadi batang penangkal petir dengan ujung yang runcing dapat memperlancar proses tarik menarik muatan listrik di bumi dengan muatan listrik yang terdapat di awan.
Selanjutnya kabel konduktor dipasang untuk meneruskan aliran muatan listrik dari batang penangkal petir ke permukaan tanah. Kabel konduktor ini biasanya diletakkan pada dinding di bagian luar suatu bangunan untuk menghindari muatan listrik merusak benda-benda elektronik di dalam bangunan. Kabel konduktor ini dibuat dari jalinan kawat tembaga dengan diameter sekitar 1 cm hingga 2 cm. Dari kabel konduktor, muatan listrik selanjutnya akan mengalir ke tempat pembumian (grounding) yang tertanam di tanah. Tempat pembumian ini biasanya berupa batang sepanjang sekitar 1,8 m sampai 3 m, yang terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan baja, dan memiliki diameter 1,5 cm.

Cara Kerja Penangkal Petir
Saat muatan listrik negatif telah terkumpul pada bagian bawah awan, maka muatan listrik positif yang terdapat di tanah akan segera tertarik ke atas. Muatan listrik positif ini kemudian merambat naik melalui kabel konduktor dan berkumpul pada ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan akan semakin kuat, dan muatan listrik positif yang terdapat pada ujung-ujung penangkal petir akan tertarik ke arah muatan listrik negatif yang ada di awan. Pertemuan kedua muatan tersebut akan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik tersebut selanjutnya akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, sehingga aliran listrik ini tidak mengenai bangunan.

Istilah Penangkal Petir
Istilah penangkal petir sebenarnya merupakan istilah yang keliru. Karena penangkal petir ini tidak lah membuat suatu bangunan terbebas sepenuhnya dari bahaya petir. Sambaran petir tetap dapat membahayakan suatu bangunan walaupun bangunan tersebut telah dipasangi penangkal petir. Petir dapat saja menyambar tempat lain di luar area perlindungan dari instalasi penangkal petir yang telah terpasang, kemudian aliran listrik dari petir ini merambat melalui instalasi listrik, kabel data atau apa saja yang mengarah ke bangunan, dan akhirnya aliran listrik dari petir ini dapat merusak peralatan listrik dan elektronik yang ada di dalam bangunan tersebut. Jadi, penangkal petir sebenarnya tidak membuat bangunan aman 100 % dari bahaya petir, melainkan hanya membuat posisi bangunan terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran langsung dari petir. Maka dengan itu, istilah yang lebih tepat untuk instalasi pengamanan petir ini sebenarnya adalah penyalur petir.

 
SUMBER:
http://www.berbagaihal.com/2012/04/cara-kerja-penangkal-petir.html

Sabtu, 21 Desember 2024

Soal OSN Matematika Jenjang SMP / MTs Tahun 2021

     

Berikut adalah Kumpulan Soal Olimpiade Sains Nasional (OSN) Matematika Jenjang SMP / MTs Tahun 2021

  1. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 1 Paket A >> Download
  2. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 1 Paket B >> Download
  3. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 1 Paket C >> Download
  4. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 2 Paket A >> Download
  5. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 2 Paket B >> Download
  6. Soal OSN Matematika 2021 Penyisihan 2 Paket C >> Download
  7. Soal OSN Matematika 2021 Nasional (Final) Paket A >> Download
  8. Soal OSN Matematika 2021 Nasional (Final) Paket B >> Download
  9. Soal OSN Matematika 2021 Nasional (Final) Paket C >> Download

Untuk Soal OSN IPS di Tahun Lainnya Klik Link Berikut!

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran



Makalah ini disusun oleh:

1. Lusi Mirawati (109321417106)

2. Didik Cahyono (109321417109)

3. Nurul Farida Trisna (109321422618)

 Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Program Studi Pendidikan Fisika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
        Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat pelajaran dan buku-buku yang akan dipakai dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan penyampaian materi pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada kaitannya langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
        Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
        Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Hal ini dapat menyebabkan mental siswa tidak siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
        Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah
        Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan, maka secara garis besar ada lima rumusan masalah sebagai berikut.
1.1.1 Apa pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
1.1.2 Apa tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
1.1.3 Apa saja manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
1.1.4 Apa saja prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
1.1.5 Apa saja komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan
        Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
1.3.2 Untuk mengetahui  tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran
1.3.4 Untuk mengetahui prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
1.3.5 Mengetahui komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
        Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi peserta didik agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran dilakukan pada awal perkuliahan. Pada saat ini tenaga pendidik mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi yang telah dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan dipelajarinya. Guru dikatakan telah membuka pelajaran apabila telah berhasil membuka konflik psikis pada diri siswa siswa.
        Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.

2.2 Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
        Keterampilan membuka dan menutup pelajaran mempunyai beberapa tujuan, antaralain:

Tujuan keterampilan  membuka pelajaran:
  • Membantu mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajari.
  • Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik pada apa yang akan dipelajari.
  • Membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
  • Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dipelajari atau yang belum dikenalnya
Tujuan keterampilan menutup pelajaran, antaralain:
  • Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran.
  • Mengetahui tingkat keberhasilan tenaga pendidik dalam pembelajaran.

2.3 Manfaat Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
        Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil belajar, antaralain:
  • Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
  • Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
  • Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
  • Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
  • Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
  • Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.

2.4 Prinsip-Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
        Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:

1. Bermakna
        Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.

2. Berurutan dan berkesinambungan
        Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.

2.5 Komponen-Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

2.5.1 Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
        Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:

1. Menarik perhatian siswa
        Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a. Gaya mengajar guru.
        Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran.
b. Penggunaan alat bantu mengajar
        Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa, serta dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c. Pola interaksi yang bervariasi
        Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran.

2. Menimbulkan motivasi
        Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
a. Dengan kehangatan dan keantusiasan
        Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.
b. Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
        Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
        Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari.
d. Dengan memperhatikan minat siswa
        Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa.

3. Memberi acuan (structuring)
        Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
        Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan
b. Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan
        Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan.
c. Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
        Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap.
d. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan
        Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.

4. Membuat kaitan
        Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
  • Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat.
  • Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai.
  • Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.

2.5.2 Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran
        Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Meninjau Kembali
        Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a. Merangkum inti pelajaran.
        Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
b. Membuat Ringkasan
        Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama.

2. Mengevaluasi
        Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas. Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mendemonstrasikan keterampilan.
        Pada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep fisika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
        Misalnya, setelah guru menerangkan gerak lurus lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan gerak lurus.
c. Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
        Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain.
d. Soal – soal tertulis
        Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi peserta didik agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Guru dikatakan telah membuka pelajaran apabila telah berhasil membuka konflik psikis pada diri siswa siswa.
3.1.2 Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
3.1.3 Tujuan keterampilan membuka pelajaran adalah untuk membantu mempersiapkan diri, menimbulkan minat dan perhatian dalam pelajaran, membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan, dan membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan  atau yang belum dipelajari atau yang belum dikenalnya. Sedangkan tujuan keterampilan menutup pelajaran adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dan mengetahui tingkat keberhasilan tenaga pendidik dalam pembelajaran. Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran untuk siswa dapat menimbulkan perhatian dan motivasi, mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan, mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan, mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai. dengan hal-hal baru, dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa, dan dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan untuk guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
3.1.4 Prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran ada dua, yaitu “Bermakna” dan “Berurutan dan Berkesinambungan”.
3.1.5 Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan, serta membuat kaitan. Sedangkan komponen-komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi meninjau kembali dan mengevaluasi.

3.2 Saran
        Dengan adanya keterampilan membuka dan menutup pelajaran,  calon pendidik diharapkan untuk mempelajari, memahami, dan mempraktekkannya dalam setiap proses pembelajaran sehingga  tujuan pembelajaran dapat tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Bashor,M.2009.Ketrampilan Dasar Mengajar. (http://muhamad-bhasor.blogspot.com/2010/08/ketrampilan-dasar-mengajar-membuka-dan.html , diakses 18 Agustus 2011).

Benson, Clarence H. 1980. Teknik Mengajar. Malang: Gandum Mas.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sadiman , Aref S. dkk.. 1986. Media Pendidikan.Jakarta: Rajawali.

Silberman, Melvin L. 2005. Active Learning, terj. Muqowim dkk.. Yogyakarta: Yappendis.

Soli, Abimanyu, PAH, D.N., Joni, R (ed.). 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut. Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suwarna dkk.. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana. (http://mindpoint.blog, diakses 18 Agustus 2011). 

Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 1.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

TUGAS

Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini

Bapak/Ibu CGP, mengawali refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, Anda diminta untuk menyimak video "Pendidikan Zaman Kolonial" di bawah ini. Bapak/Ibu CGP dapat melihat perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922.

 Link Video :

https://youtu.be/YBqW3vwIw-c 



Selanjutnya, silahkan jawablah pertanyaan panduan berikut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda.

  1. Bagian mana yang paling menarik? Mengapa?
  2. Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
  3. Apa persamaan dan perbedaan antara situasi Pendidikan jaman Kolonial dan situasi Pendidikan Indonesia saat ini?

 

JAWABAN

  1. Bagian yang menarik dari video tersebut menurut saya yaitu pada tahun 1920 yang mulai lahirnya cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran, serta lahirnya Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarya karena dengan lahirnya Taman Siswa menjadikan gerbang kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa dan juga sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas.
  2. Tujuan pendidikan pada zaman kolonial yang dapat kita lihat dari video tersebut adalah hanya untuk kepentingan orang tertentu saja, seperti beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai, rakyat hanya diajari membaca, menulis, dan menghitung seperlunya dan hanya mendidik orang-orang pembantu dalam mendukung usaha dagang mereka, serta pemerintah Hindia-Belanda hanya memberikan kelonggaran kepada calon Mudir Dokter Djawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
  3. Persamaan antara situasi pendidikan zaman kolonial dan situasi pendidikan Indonesia saat ini adalah siswa untuk sekolah atau belajar wajib pergi ke sekolah, sedangkan perbedaannya yaitu dalam belajar siswa tidak harus di sekolah, bisa ditempat bimbel atau di rumah dengan mendatangkan guru dalam belajar, serta jika dulu terpusat kepada guru, sedangkan pembelajaran sekarang terpusat kepada siswa. Sekarang fasilitas lebih lengkap dari pada zaman kolonial karena sekarang sumber belajar bisa diperoleh darimana saja seperti internet, buku, alam sekitar, dan lain-lain.

Refleksi Terbimbing – Presentasi Kerangka Filosofis `Merdeka Belajar`

 1.1.a.6. Refleksi Terbimbing – Presentasi Kerangka Filosofis `Merdeka Belajar`

 

TUGAS

Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai pengetahuan dan pengalaman baru dalam pembelajaran.

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Refleksi filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara menjadi penguatan bagi Anda dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru sebagai pendidik dan pembelajar.  Empat pertanyaan pemantik akan menjadi panduan dalam refleksi terbimbing ini:

  1. apa pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara?
  2. apa kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?
  3. apa hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?
  4. apa perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

 

JAWABAN

  1. Pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara antara lain saya lebih memahami tentang bagaimana tuntutan dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak sepenuhnya hanya mengajarkan konsep materi, tetapi lebih juga mendidik siswa supaya memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam profil pelajar pancasil. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pelajar pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
  2. Kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini pastinya akan saya terapkan dalam setiap pembelajaran yang saya lakukan supaya anak didik saya bisa menerapkan profil pelajar Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya.
  3. Hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini pastinya merubah strategi pembelajaran, lebih banyak memberikan contoh kepada anak didik saya, serta belajar dan belajar kembali tentang hal-hal baru yang belum saya ketahui.
  4. Perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini pastinya saya lebih paham bagaimana kita memposisikan diri sebagai seorang guru, saya juga ingin mengeksplorasi potensi yang ada pada siswa saya supaya bisa keluar lebih maksimal lagi, serta saya ingin berbagi ilmu dengan guru lainnya (teman sejawat) saya di sekolah.

1.2.a.6. Refleksi Terbimbing – Nilai dan Peran Guru Penggerak

1.2.a.6. Refleksi Terbimbing – Nilai dan Peran Guru Penggerak

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
(1) CGP dapat melakukan refleksi terkait dirinya berdasarkan Peran dan Nilai Guru Penggerak
 
Refleksi Mandiri
Selamat Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, kita telah sampai pada bagian Refleksi Terbimbing pada modul 1.2 ini. 
Pada saat ini, Anda baru saja melewati rangkaian pengalaman belajar yang jika tidak dengan sengaja kita maknai pembelajarannya maka semua akan hilang begitu saja. Oleh karena itu, pada bagian ini Anda akan meninjau kembali perjalanan pencarian jati diri sebagai Guru Penggerak. Silahkan Anda ingat-ingat kembali jawaban Anda pada bagian Mulai Dari Diri, terutama pada bagian nilai dan peran Anda. Silahkan Anda renungkan, kemudian jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)
JAWAB :
·           Saya termasuk orang yang mandiri
·           Saya senang merefleksikan apa yang membuat saya perlu dibenahi lagi (reflektif)
·           Saya suka mengerjakan tugas dengan berkelompok/kerjasama dengan rekan sejawat (Kolaboratif)
·           Saya senang membuat/menciptakan hal yang baru selama itu bisa saya lakukan (Inovatif)
·           Saya melakukan pembelajaran juga terpusat kepada siswa (Berpihak pada Murid)

2. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!
JAWAB :
Senang, karena apa yang saya lakukan selama ini termasuk nilai dari guru penggerak dan semua nilai itu juga ada pada diri saya.
 
3. Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang?
JAWAB :
·           Mandiri
·           Reflektif
·           Kolaboratif
·           Inovatif
·           Berpihak Pada Murid
 
4.     4. Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!
JAWAB :
Berdasarkan nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai yang perlu saya kuatkan yaitu berpihak pada murid, karena saya sebagai guru IPA terkadang masih sering menjelaskan (ceramah) saat mengajar, karena memang pelajaran IPA termasuk susah untuk diajarkan. Terkadang saya juga sedikit mengharap supaya siswa harus paham materi dengan cara saya, padahal siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
 
5. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?
JAWAB :
Yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang guru penggerak yaitu pastinya sangat senang, karena selama ini yang saya lakukan di sekolah sudah mencerminkan semua peran dari guru penggerak mulai dari menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi Guru lain, mendorong kolaborasi antar Guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

6. Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?
JAWAB :
·           Ikhlas dalam bekerja
·           Memiliki kesadaran diri
·           Mengupdate ilmu dengan mengikuti pengembangan diri
·           Mengikuti perkembangan zaman dan teknologi
·           Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain (siswa, teman sejawat, kepala sekolah, dan masyarakat sekitar)
·           Mengikuti organisasi profesi
 
7. Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?
JAWAB :
Hal yang dapat menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai guru penggerak yang pastinya jika orang-orang di sekitar saya tidak mau untuk diajak maju dan tidak adanya kekompakan di dalamnya.

Modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Tujuan Pembelajaran Khusus:

1.      CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

2.      CGP mampu membuat rencana perubahan secara rinci dengan menggunakan format BAGJA.

Sekolah sebagai ekosistem pendidikan merupakan bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dengan faktor abiotik (unsur tak hidup). Interaksi ini menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Aset dan Sumber Daya terdiri dari modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal

lingkungan, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan sosial. Sumber daya ini apabila dikelola dengan tepat dapat membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih

baik. Pengelolaan sumber daya ini sebaiknya dapat dilakukan dengan pendekatan berbasis kekuatan/ asset. Ciri-ciri pendekatan berbasis aset adalah sebagai berikut.

1.      Fokus pada aset dan kekuatan

2.      Membayangkan masa depan

3.      Berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut

4.      Mengorganisasian kompetensi dan sumber daya (asset dan kekuatan)

5.      Merancang sebuah renana berdasarkan visi dan kekuatan

6.      Melakanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Hubungan Antar Materi

Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya adalah seseorang yang mampu menjadikan sumber daya yang ada di sekitarnya menjadi bermanfaat dan  digunakan sebagai hal positif di dalam menunjang proses pembelajaran. Guru Penggerak berperan sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan pada murid. Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, guru harus cerdas dalam mengelola dan menggali kemampuan muridnya menyesuaikan dengan kodratnya agar dapat bahagia dan nyaman dalam proses pembelajarannya. Nilai-nilai yang harus dimiliki guru penggerak adalah berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Nilai-nilai ini menjadi nilai positif yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk mengelola sumber daya agar efektif dan efisien. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan oleh guru untuk mengelola murid sebagai sumber daya sesuai dengan minat, bakat dan potensinya.

Dalam pengelolaan sumber daya, seorang pemimpin pembelajaran (guru) harus menerapkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) untuk membantu mengelola stres dalam pemanfaatan sumber daya dan pengambilan keputusan dengan kesadaran penuh. Teknik coaching sangat diperlukan untuk menggali kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh sekolah dalam menemukan solusi dari masalah dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal sangat diperlukan untuk merumuskan kebijakan dan program yang tepat. Sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran, pengelolaan sumber daya harus sesuai dengan visi dan misi yang telah diprogramkan dan dapat dilakukan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (tahapan BAGJA) sehingga dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah yang merupakan aset sekolah.

Kesimpulan Reflektif

Sebelum mempelajari materi dalam modul ini, saya secara pribadi maupun sebagai guru lebih banyak melihat sesuatu dari sudut pandang masalah. Saya terbiasa memulai perencanaan program dengan mengevaluasi dari kekurangan yang ada atau terjadi dan masih sangat terbatas memulai dengan mengutamakan aset dan kekuatan yang dimiliki.

Setelah mempelajari materi dalam modul ini, Alhamdulillah mulai terjadi perubahan pada diri saya dalam cara pandang merencanakan program dengan lebih fokus pada aset atau kekuatan yang dimiliki. Saya mencoba menerapkan dengan mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang dimiliki sekolah dari brainstorming dan diskusi dengan komunitas praktisi sehingga mampu melahirkan program yang terukur.

Harapan

Setelah mempelajari modul ini, saya berharap mampu menjadi guru yang dapat memfasilitasi dan menuntun murid untuk lebih memaksimalkan potensi kreativitas yang mereka miliki. Saya berharap mampu mengelola keterampilan sosial emosional dan menerapkan coaching untuk memetakan aset yang dimiliki oleh diri sendiri, murid dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dalam rangka menciptakan ekosistem sekolah yang aman, nyaman dan berdampak terwujudnya merdeka belajar menuju profil pelajar Pancasila.

Saya sedang berproses di ruang kelas dan sekolah untuk menerapkan modul-modul yang

sudah dipelajari. Semoga mampu memberikan perubahan yang positif untuk kemajuan belajar murid khususnya dan sekolah pada umumnya.

RANCANGAN TINDAKAN - INKUIRI APRESIATIF (BAGJA)

PRAKARSA PERUBAHAN

Meningkatkan kemandirian dan motivasi belajar murid dengan pembelajaran menyenagkan berbasis pemanfaatan barang bekas

TAHAPAN

Pertanyaan

 

Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

 

·         Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/ potensi/ peluang;

·         Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan


 

 

·        Bagaimana pembelajaran yang menyenangkan?

 

 

 

·          Memberikan angket kepada murid

·          Menggali informasi dari pengalaman rekan sejawat

 

  

A-mbil pelajaran (Discover)

 

·         Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;

·         Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur.

 

 

 

·        Bagaimana pembelajaran yang sudah dilakukan selama ini?

·        Bagaimana contoh pembelajaran yang menyenangkan bagi murid?

·        Bagaimana sarana dan prasarana yang ada?

 

 

 

·           Melakukan observasi dan melihat hasil supervisi akademik yang sudah dilakukan

·          Melakukan studi informasi melalui kajian pustaka maupun studi digital

·          Melakukan pemetaan aset dan potensi yang ada di murid, sekolah maupun lingkungan


G-ali mimpi (Dream)


·          Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

·          Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).


 

 



·        Pembelajaran yang menyenangkan seperti apa?

·        Bagaimana kelas ideal yang mendukung pembelajaran yang menyenangkan?

 

 

 



·           Mencari referensi kriteria pembelajaran yang menyenangkan

·           Mencari referensi kelas yang ideal untuk pembelajaran yang menyenangkan (menjadi rubik dalam angket ketercapaian)


J-abarkan rencana (Design)

 

·          Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

·         Menyusun definisi kesuksesan pencapaian

 

 



 

·        Bagaimana langkah-langkah pembelajaran menyenangkan yang dilakukan?

·        Bagaimana indicator keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran yang menyenangkan?

 

 


·           Menyusun langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran

·           Menyusun indikator keberhasilan dalam bentuk angket sesuai kriteria

 

A-tur eksekusi (Deliver)

 

·          Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

·         Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas

(misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)


 

 



·       Siapa dan bagaimana peran pihak-pihak yang terlibat dalam program?

·       Bagaimana monitoring dan evaluasi serta refleksi dilakukan?

 

 

 



·          Memetakan asset sumber daya manusia dan melakukan pembagian tugas sesuai kebutuhan

·          Menyusun angket monev dan refleksi untuk murid, guru, dan observer

 

Salam Merdeka Belajar

Didik Cahyono, S. Pd

 CGP Angkatan 4  Kabupaten Kubu Raya